Benign Prostatic Hyperplasia Hesi Case Study

Benign prostatic hyperplasia hesi case study – Benign prostatic hyperplasia (BPH) is a prevalent condition affecting older men, characterized by an enlarged prostate gland. This case study delves into the multifaceted aspects of BPH, exploring its causes, clinical manifestations, diagnostic modalities, and treatment options, culminating in a detailed examination of a 65-year-old male patient presenting with lower urinary tract symptoms suggestive of BPH.

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH): Benign Prostatic Hyperplasia Hesi Case Study

Benign prostatic hyperplasia hesi case study

Benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah pembesaran non-kanker pada kelenjar prostat yang umum terjadi pada pria seiring bertambahnya usia. Ini mempengaruhi lebih dari 50% pria di atas usia 60 tahun dan lebih dari 80% pria di atas usia 80 tahun.

Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra, saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh. Ketika prostat membesar, dapat menekan uretra dan menghalangi aliran urin.

Penyebab pasti BPH tidak diketahui, tetapi diyakini terkait dengan perubahan kadar hormon dan faktor pertumbuhan yang terjadi seiring bertambahnya usia.

Clinical Manifestations of BPH

Gejala BPH dikenal sebagai gejala saluran kemih bagian bawah (LUTS). Gejala-gejala ini meliputi:

  • Kesulitan memulai buang air kecil
  • Aliran urin lemah atau terputus-putus
  • Sering buang air kecil, terutama pada malam hari
  • Rasa tidak tuntas setelah buang air kecil
  • Nyeri atau rasa terbakar saat buang air kecil

Gejala BPH dapat dinilai menggunakan International Prostate Symptom Score (IPSS), kuesioner yang menanyakan frekuensi dan keparahan gejala LUTS.

Jika BPH tidak diobati, dapat menyebabkan komplikasi seperti retensi urin akut, infeksi saluran kemih, dan kerusakan ginjal.

Diagnosis of BPH, Benign prostatic hyperplasia hesi case study

Diagnosis BPH biasanya didasarkan pada pemeriksaan fisik dan riwayat gejala. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan pembesaran prostat melalui pemeriksaan rektal digital.

Tes antigen spesifik prostat (PSA) dapat dilakukan untuk menyingkirkan kanker prostat. Namun, kadar PSA yang tinggi tidak selalu menunjukkan kanker prostat, dan kadar PSA yang normal tidak selalu menyingkirkan BPH.

Teknik pencitraan seperti transrectal ultrasound (TRUS) dapat digunakan untuk menilai ukuran dan bentuk prostat, serta menyingkirkan penyebab LUTS lainnya.

Treatment Options for BPH

Tujuan pengobatan BPH adalah untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Pilihan pengobatan meliputi:

Farmakologis

  • Alpha-blocker:Merilekskan otot polos di leher kandung kemih dan prostat, sehingga meningkatkan aliran urin.
  • 5-alpha reductase inhibitors:Menghambat produksi dihidrotestosteron (DHT), hormon yang berkontribusi terhadap pertumbuhan prostat.

Bedah

  • Transurethral resection of the prostate (TURP):Membuang bagian tengah prostat yang membesar melalui uretra.
  • Laser therapy:Menggunakan laser untuk menghancurkan atau menguapkan jaringan prostat yang membesar.

FAQ Section

What is the prevalence of BPH?

BPH affects approximately 50% of men over the age of 50 and up to 90% of men over the age of 80.

What are the common symptoms of BPH?

Symptoms of BPH include difficulty starting urination, weak urine stream, frequent urination, and nocturia (waking up at night to urinate).

How is BPH diagnosed?

BPH is diagnosed based on a combination of physical examination, patient history, and diagnostic tests such as prostate-specific antigen (PSA) testing and transrectal ultrasound (TRUS).

What are the treatment options for BPH?

Treatment options for BPH include medication, minimally invasive procedures, and surgery.